Kemacetan di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. Pos Ronda, Febuari 2015. |
Latar Belakang
DKI Jakarta merupakan ibukota dari negara Indonesia. Kota yang menjadi pusat perhatian pemerintah dalam hal pembangunan sejak masa orde baru ini telah menjelma menjadi kota yang memiliki masalah sejuta umat, yaitu kepadatan penduduk. Pandangan pemerintah yang beranggapan bahwa ibu kota merupakan cermin dari negara Indonesia telah menjadikan pembangunan yang ada di kota Jakarta tidak sebanding dengan kota-kota lain di sekitarnya, akibatnya kota-kota lain di sekitarnya mengalami keterlambatan dalam hal melakukan pembangunan. Berdirinya gedung-gedung perkantoran dan gedung-gedung pendidikan, pasar-pasar modern atau mall, pusat hiburan atau taman rekreasi, serta permukiman penduduk yang semuanya saling berdekatan membuat lapangan pekerjaan menjadi tersebar tidak merata. Hal itu merupakan salah satu penyebab kepadatan penduduk yang terjadi di kota Jakarta. Seperti yang diketahui bahwa setiap bangunan yang berdiri pasti memiliki lapangan pekerjaan. Perbedaan yang ada pada ibukota DKI Jakarta dengan kota-kota yang ada di sekitarnya membuat suatu kegiatan interaksi antar kota. Seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (bodetabek). Seperti kota Depok, kota permukiman yang mayoritas penduduknya bekerja di kota Jakarta. Pekerja yang bermukim di luar kota Jakarta memiliki peran andil dalam lalulintas kota Jakarta. Pada pagi hari di jam-jam sibuk masuk kerja biasanya kemacetan dapat dijumpai disetiap sudut kota Jakarta, baik di jalan utama kota maupun di jalan-jalan alternatif. Ketika pagi menjelang siang biasanya lalu lintas mulai kembali berjalan dengan normal. Tetapi ketika sore menjelang malam hari kemacetan parah kembali terjadi. Hal tersebut terjadi karena jam pulang kantor yang hampir bersamaan pada setiap kantor. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa setiap pagi hari jalur menuju kota Jakarta mengalami kemacetan dan pada malam hari jalur sebaliknya mengalami kemacetan. Kemacetan yang terjadi menjadi sebuah masalah kepadatan penduduk di kota Jakarta. Kurangnya perhatian pemerintah kota dalam menjadikan angkutan umum dalam kota kurang diminati bagi para penumpang. Seperti soal keamanan, kenyamanan, sampai pelayanan biasanya menjadi alasan bagi para penumpang untuk tidak menggunakannya.
Kemacetan lalulintas merupakan suatu keadaan atau situasi yang terjadi di satu atau bahkan di beberapa ruas lalulintas jalan dimana arus kendaraan bermotor bergerak sangat lambat tidak seperti semestinya bahkan hingga stagnan sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas dan pergerakan pemakaian jalan. Ditinjau berdasarkan karakteristiknya, ada beberapa tingkat (gradasi) kemacetan lalu lintas yang perlu dibedakan, antara lain: kekacauan lalulintas, lalulintas semrawut, macet total, kemacetan parah, kemacetan kronis, macet sedang, dan macet ringan. Jenis-jenis dan tingkat-tingkat kemacetan di suatu ruas jalan dapat berubah-ubah tetapi pada umumnya semua punya kecenderungan yang dapat dibaca masing-masing. Kemacetan di salah satu titik jalan yang dianggap tidak strategis, bila tidak segera ditangani maka akan menjalar/merembet ke ruas-ruas jalan lainnya dalam lingkup yang semakin meluas. Kemacetan lalulintas sudah pasti akan menimbulkan kerugian yang sangat besar. Menurut pakar lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), Dr Firdaus Ali, MSc (tahun 2009) diperkirakan akibat dari kemacetan lalulintas yang terjadi di kota DKI Jakarta, penduduk dan pemerintah mengalami kerugian yang jumlahnya menyentuh angka sekitar 28 triliun rupiah per tahun.
Analisis
1. Teori Gravitasi
Ravenstein (tahun 1889) menguraikan pendapatnya tentang migrasi yang disusun dalam hukum-hukum migrasi yang terkenal sampai sekarang. Diantaranya adalah semakin jauh jarak, semakin berkurang volume migran. Teori ini dikenal sebagai distance-decay theory. Setiap arus migrasi yang benar, akan menimbulkan arus balik sebagai penggantinya. Adanya perbedaan dari setiap desa dengan kota akan mengakibatkan timbulnya suatu peristiwa migrasi. Kebanyakan para wanita cenderung melakukan migrasi ke daerah-daerah yang letaknya dekat dari daerah asal. Kemajuan teknologi akan meningkatkan taraf intensitas dari migrasi. Salah satu motif utama dari migrasi adalah faktor ekonomi. Teori-teori Ravenstein tersebut ternyata masih relevan sampai sekarang, meskipun pernyataan tersebut sudah ada sejak satu abad yang lalu. Norris mengembangkan lebih lanjut hukum ravenstein dan teori Lee, dengan memasukkan faktor kesempatan antara (intervening opportunities) yang terdapat diantara daerah asal dengan daerah tujuan. Norris berpendapat bahwa peristiwa migrasi merupakan interaksi keruangan, yaitu interaksi antara daerah asal dengan daerah tujuan. Namun juga diakui akan pentingnya faktor penghalang yang terdapat diantara daerah asal dengan daerah tujuan.
Para penduduk yang datang ke Jakarta untuk bekerja merupakan salah satu contoh dari teori gravitasi, dimana sesuatu datang menghampiri karena adanya suatu hal yang menarik. Faktor penghalang yang terdapat diantara daerah asal dengan daerah tujuan salah satunya adalah kemacetan. Kemacetan lalulintas bagaikan penyakit kanker yang telah menggerogoti tubuh ibukota. Bagi penduduk kota Jakarta, tiada hari tanpa kemacetan lalulintas, kecuali pada hari-hari libur besar nasional atau internasioal dan pada tengah malam sampai dini hari. Penduduk kota Jakarta dan sekitarnya sudah tidak heran mengalami betapa besarnya perjuangan untuk mencapai kantor apabila beraktifitas lewat melebihi pukul 7 pagi karena kemacetan telah dimulai sejak pukul 7 pagi (dibeberapa ruas jalan bahkan sudah dimulai sejak pukul 6 pagi), puncak kemacetan terjadi pada jam-jam masuk dan jam-jam keluar kantor bahkan hingga pukul 10 sampai 11 malam di beberapa ruas jalan tertentu. Pada siang hari, kendaraan dari kota Jakarta berbaur dengan kendaraan lain dari luar kota Jakarta yang bersikulasi untuk beraneka tujuan dan keperluan. Ada yang hanya sekedar melewati (misalnya dari Tangerang menuju Bekasi akan melewati Jakarta), tetapi banyak juga yang memasuki kota Jakarta dan berdiam selama beberapa jam sebelum kembali ke kotanya masing-masing. Parahnya, kendaraan tersebut tidak jarang hanya di kendarai oleh seorang diri. Padahal kendaraan beroda empat seperti mobil dapat memuat 4 sampai 7 orang penumpang dan kendaraan beroda dua seperti sepeda motor untuk 2 orang penumpang. Perilaku seperti itu terjadi akibat kurangnya perhatian dari pemerintah kota dalam melakukan perawatan di bidang angkutan dalam kota. Hampir semua angkutan dalam kota dapat dikatakan tidak layak untuk digunakan. Meskipun begitu, daya tarik dari kota Jakarta tidaklah berkurang. Karena membeludaknya lapangan perkerjaan membuat para pekerja menjadikan kemacetan lalu lintas kota sebagai suatu tantangan tersendiri selain dari daya saing antar perusahaan. Selain itu, banyaknya pusat hiburan yang memiliki daya tarik tersendiri menjadikan minat pendatang untuk tetap masuk ke kota Jakarta.
Menurut data yang bersumber dari hasil studi Jabodetabek Public Transportation Policy Implementation Strategy, dalam Kompas 10 Juni 2014, jumlah perjalanan yang masuk ke dalam kota Jakarta sebanyak 18,77 juta perjalanan per hari. Dari jumlah tersebut 98% diantaranya merupakan kendaraan pribadi, seperti mobil dan sepeda motor. Berarti hanya 2% saja yang melakukan perjalan dengan menggunakan angkutan kota/kendaraan umum.
2. Teori Dorong-Tarik
Perkembangan dunia yang semakin hari semakin maju menjadikan orang-orang berlomba untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan layak. Hal tersebut mendorong orang-orang datang ke kota Jakarta untuk bekerja mencari nafkah. Selain itu, tidak jarang perusahaan-perusahaan besar menarik orang-orang berpendidikan dengan skill tertentu untuk bergabung bersama mereka dengan menempatkan mereka pada posisi-posisi penting. Akibatnya, banyak para pendatang yang menetap di kota Jakarta dan menambah angka kepadatan penduduk. Menetapnya para pendatang tersebut tidak hanya karena pekerjaan saja, tetapi juga karena kenyamanan. Dimana dapat ditemukan dengan mudah pelayanan barang dan jasa yang dibutuhkan. Kegiatan seperti itu merupakan contoh dari teori dorong-tarik.
Teori dorong-tarik sendiri menurut Everet S. Leo, yaitu migrasi dalam arti luas adalah perubahan tempat tinggal secara permanen atau semi permanen. Disini tidak ada pembatasan, baik pada jarak perpindahan maupun sifatnya, yaitu apakah perbedaan itu bersifat sukarela atau terpaksa. Jadi migrasi adalah gerakan penduduk dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan ada niatan untuk menetap di daerah tujuan. Tanpa mempersoalkan jarak jauh atau dekatnya perpindahan, mudah atau sulit, setiap migrasi mempunyai tempat asal, tempat tujuan dan bermacam-macam rintangan yang menghambatnya. Faktor jarak merupakan faktor yang selalu ada dari beberapa faktor penghalang.
Dalam setiap daerah banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi orang untuk menetap di suatu tempat atau menarik orang untuk pindah ketempat tersebut. Beberapa faktor mempunyai pengaruh yang sama terhadap beberapa orang, sedangkan ada juga faktor yang mempunyai pengaruh berbeda terhadap seseorang. Perbedaan sikap antara setiap migran dan calon migran terdapat faktor positif dan faktor negatif, yang terdapat baik ditempat asal maupun ditempat tujuan. Faktor positif (+) daerah asal berarti mempunyai daya dorong terhadap seseorang untuk pergi meninggalkan daerah tersebut, seperti keperluan pendidikan dan ekonomi. Sebaliknya faktor positif (+) di daerah tujuan berarti mempunyai daya tarik terhadap seseorang untuk datang ke daerah tersebut, seperti lapangan pendidikan dan ekonomi yang lebih menjamin. Sedangkan faktor negatif (-) di daerah asal akan berfungsi sebagai penghambat seseorang untuk pindah ke daerah lain, seperti kenyamanan. Begitu pula faktor negatif (-) di daerah tujuan adalah faktor yang tidak disenangi oleh seseorang, dengan demikian juga akan menghambat masuknya seseorang ke daerah tersebut seperti keamanan, kemacetan, dan keramaian lalulintas. Faktor netral (0) pada dasarnya tidak berpengaruh terhadap seseorang untuk bermigrasi. Penilaian seseorang terhadap suatu faktor tertentu dapat diartikan sebagai positif (+), negatif (-), atau netral (0). Hal ini bergantung kepada keadaan pribadi orang tersebut yang dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, kebutuhan dan sifat-sifat pribadi. Begitu pula persepsi seseorang terhadap faktor penghalang yang tentunya berbeda-beda dengan orang lain. Beberapa jenis penghalang adalah jarak, penghalang alami, biaya perjalanan, peraturan atau undang-undang imigrasi, dan besarnya anggota keluarga.
Kesimpulan
Pembangunan yang berdekatan di ibukota DKI Jakarta membuat lapangan pekerjaan menjadi tersebar tidak merata. Hal itu merupakan salah satu penyebab kepadatan penduduk yang terjadi di kota Jakarta. Seperti yang diketahui bahwa setiap bangunan yang berdiri pasti memiliki lapangan pekerjaan. Perbedaan yang ada pada ibukota DKI Jakarta dengan kota-kota yang ada di sekitarnya membuat suatu kegiatan interaksi antar kota. Seperti kota Depok, kota permukiman yang mayoritas penduduknya bekerja di kota Jakarta. Pekerja yang bermukim di luar kota Jakarta memiliki peran andil dalam lalulintas kota Jakarta.
Pada jam-jam sibuk seperti jam masuk kantor (pukul 6 sampai 8 pagi) dan jam keluar kantor (pukul 5 sore sampai malam hari) kemacetan tidak dapat dihindarkan, pemandangan seperti itu sudah merupakan hal yang biasa. Selain itu, keadaan semakin di perparah karena sikap individualitas pengendara. Tidak jarang terlihat kendaraan bermotor baik yang beroda empat maupun yang beroda dua hanya dikendarai oleh seorang diri. Kurangnya perhatian pemerintah kota dalam melakukan perawatan di bidang angkutan dalam kota menjadi penyebab dari masalah tersebut.
Inovasi-inovasi pemerintah dalam usaha mengatasi masalah kemacetan kota seperti hanya ingin di kenang, misalnya melakukan pembangunan dimana-mana. Hal tersebut merupakan inovasi yang dapat dikatakan gagal, karena jika dicermati jalan-jalan di DKI Jakarta semua sudah saling terhubung. Dari jalan yang hanya menghubungkan suatu tempat ke tempat lainnya sampai jalan yang hanya diperuntuknya kendaraan tertentu. Hasilnya kemacetan tidak juga teratasi. Berdasarkan pandangan tersebut beberapa saran yang mungkin perlu diperhatian pemerintah dalam melakukan inovasi lain, yaitu:
- Perbaikan faktor jalan raya, dengan tujuan untuk mengurangi beban jalan raya, menambah daya muat (kapasitas) ruang jalan, meningkatkan kualitas ruang jalan, dan pemanfaatan jalan raya yang selama ini disalahgunakan atau dimanfaatkan secara keliru;
- Membangun angkutan antar kota yang terintegrasi dan bersinergi, dengan melakukan kerjasama antar pemerintah kota di kawasan jabodetabek khususnya yang mayoritas warganya beraktifitas di kota Jakarta;
- Menambah kuantitas dan kualitas angkutan kota, pelayanan angkutan kota harus ditingkatkan agar dapat menarik minat masyarakat untuk beralih menggunakan moda transportasi umum mulai dari fasilitas hingga sumber daya manusianya. Seiring dengan itu, mengurangi pengoperasian angkutan kota bus regular seperti PPD, Bianglala, Metromini, dan Kopaja yang menjadi salah satu biang kemacetan lalulintas;
- Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, di lingkungan tertentu seperti pada gedung-gedung sekolah menengah yang tidak semua siswa/i-nya memiliki surat izin mengemudi. Oleh karena itu, pemerintah kota Jakarta perlu melalukan kerjasama dengan dinas pendidikan kota Jakarta untuk melakukan peraturan pelarangan menggunakan kendaraan bermotor di lingkungan pendidikan.
- Melakukan pembangunan yang terintegrasi dan bersinegeri, pembangunan yang merata di setiap kota khususnya dikawasan Jabodetabek akan menjadikan lapangan pekerjaan tersebar merata, sehingga diharapkan arus lalulintas pagi dan sore hari akan berkurang. Karena kantor/lapangan pekerjaan yang dapat ditemui dikotanya masing-masing. Oleh sebab itu, diharapkan pemerintah kota Jabodetabek melakukan kerjasama yang baik guna mengatasi masalah kemacetan lalulintas kota.
Kemajuan dunia teknologi yang begitu pesat memiliki peran penting dalam melakukan inovasi-inovasi terbaru. Kebanyakan beberapa kebijakan pemerintah kurang diketahui banyak orang karena proses sosialisasi, promosi, dan pengenalan yang kurang maksimal. Oleh karena itu, sangat disaran bagi pemerintah untuk menggunakan kemajuan dunia teknologi dengan maksimal dalam proses sosialisasi, promosi, dan pengenalan kepada masyarakat sekitar. Dengan begitu, pemanfaatan kemajuan dunia teknologi dapat dirasakan masyarakat dengan sebaik mungkin.
Sumber
http://posronda.net/2015/02/06/jadi-perantara-pungli-pot-tanaman-bundaran-hi-diancam-tuntutan-hukum/, diakses pada 27 September 2015
http://jembatan4.blogspot.co.id/2013/10/beberapa-teori-teori-migrasi.html, diakses pada 25 September 2015
http://jembatan4.blogspot.co.id/2013/10/beberapa-teori-teori-migrasi.html, diakses pada 25 September 2015
http://www.infodokterku.com/index.php/en/90-daftar-isi-content/macam-macam-info/transportasi/137-faktor-faktor-penyebab-kemacetan-lalu-lintas-di-jakarta-dan-alternatif-pemecahan-masalah-sebelum-kiamat-jakarta-pasti-bisa-bebas-macet-lalu-lintas diakses pada 25 September 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar